Menurut Bahri (1991 : 16) secara sistematis
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibagi menjadi dua
bagian yaitu :
(1) Faktor
internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa.
(a)
Kondisi Fisik
Kondisi fisik anak didik harus sehat. Jikka
anak hidup dalam keluarga yang kurang mampu, sehingga kebutuhan pokok
(kebutuhan sandang dan pangan) tidak terpenuhi akibatnya kesehatan anak
terganggu, sehingga aktivitas belajarnya juga terganggu. Misalnya saja seorang
anak yang kurang mampu tidak bisa sarapan pagi hari, maka aktivitas belajarnya
hanya bisa berjalan dengan baik sampai pukul 10.00 WITA (pagi) dan selebihnya
anak menjadi lemah, mengantuk dan tidak konsentrasi terhadap pelajaran
(b) Faktor
Psikis/Minat
Pelajaran yang diawali dengan pendahuluan yang
baik yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan yang dimaksudkan sebagai penghubung
antara buku pelajaran yang lalu.
(c)
Perhatian
Seorang guru untuk mengarahkan perhatian murid
pada pengetahuan yang telah ada dalam pikiran mereka, yaitu guru harus
memberikan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan pelajaran yang terdahulu
untuk mengingatkan kembali pengetahuan terdahulu, karena merupakan faktor
terpenting yang dapat menarik perhatian siswa terhadap proses belajarnya.
(d)
Konsentrasi
Apabila siswa sudah mempunyai minat dalam belajar
maka seorang guru harus mengarahkan agar siswanya penuh konsentrasi terhadap
pelajaran, tanpa konsentrasi segala sesuatu tidak akan mencapai hasil yang
maksimal. Konsentrasi adalah pemusatan pemikiran terhadap sesuatu.
(e) Intelegensi
Setiap siswa mempunyai intelegensi yang berbeda,
sehingga guru harus bisa memahami perbedaan-perbedaan tersebut. Ada siswa yang
mempunyai kadar surut ingatan (regresi) yang tinggi mudah lupa akan
masalah-masalah yang dijelaskan oleh guru dan ada siswa yang mempunyai kadar
surut ingatan yang rendah akan dapat mengingat lebih lama mengenai hal yang
diajarkan.
Jadi seorang pengajar dapat memperkecil regresi
siswa-siswanya dengan jalan menanamkan motivasi kepada mereka. Siswa yang
mempunyai intelegensi yang tinggi dapat dengan mudah menerima penjelasan guru,
sedangkan siswa yang intelegensinya rendah akan mengalami kesulitan, sehingga
seorang pendidik lebih memusatkan perhatiannya kepada siswa yang mempunyai
intelegensi yang kurang, sehingga mereka merasa mudah memahami pelajaran
tersebut.
(2) Faktor
Eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu
(a) Tempat
Belajar
Ruang belajar juga menentkan keberhasilan seorang
guru, sehingga guru harus mendesain tempat belajar sebaik mungkin, misalnya :
ruangan harus bersih, tenang, kursi/meja siswa diatur sedemikian rupa dengan
jarak tertentu dan tenang. Ruangan dapat mempengaruhi intelegensi, minat,
perhatian, konsentrasi dan motivasi belajar siswa dalam menerima materi
pelajaran.
(b) Waktu
Belajar
Biasanya orang dapat bekerja dengan penuh
perhatian selama 40 menit. Orang yang
ingin belajar atau bekerja sungguh-sungguh harus bertekad jangan meninggalkan
tempat duduknya selama 40 menit. Selama 40 menit kita curahkan perhatian kita
sepenuhnya kepada tugas kita, kemudian kita istirahatkan selama 5 menit lalu
kita bisa belajar lagi dan kita lakukan belajar sungguh-sungguh selama 2 jam –
4 jam sehari dengan teratur. Waktu yang tepat kita jadikan alat untuk mencapai
keberhasilan
yang memuaskan.
(c)
Keluarga/Keadaan Keluarga
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya
terhadap belajar anaknya. Orang
tua harus senantiasa memperhatikan pendidikan anaknya, walaupun
orang tua
sibuk bekerja. Pendidikan yang keras di rumah, sehingga anak tersebut diliputi
ketakutan dan akhirnya benci terhadap pelajaran. Demi kelancaran belajar serta
keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik antara anak dengan orang
tua, dan anak dengan anggota keluarga lainnya. Hubungan yang adalah hubungan
yang penuh pengertian dan penuh kasih sayang disertai dengan bimbingan. Suasana
rumah yang tenang, tentram dapat membuat anak belajar dengan baik.
Orang tua wajib member pengertian dan dorongan
terhadap kesulitan yang dialami anak di sekolah dan orang tua selalu mengontrol
pelajaran yang diperoleh anaknya di sekolah dan juga orang tua selalu
mengadakan hubungan dengan guru untuk mengetahui perkembangan belajar anaknya.
Tidak kalah pentingnya latar belakang pendidikan orang tua juga berpengaruh
terhadap pendidikan, bimbingan anak di rumah.
(d) Guru
dan cara mengajarnya
Menurut Ametembun (1994 : 33) guru adalah “semua
orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid,
baik secara individu maupun secara klasikal baik di sekolah maupun di luar
sekolah”.
Jadi seorang guru minimal memiliki dasar-dasar
kompetensi sebagai wewenang dan kemampuan dalam menjalankan tugas. Guru sebelum
mengajar haru mengenal bahan pelajaran sebelum menjamin kesanggupan
mengajarkannya. Mengenai metode-metode mengajarpun belum menjamin hasil yang
baik, situasi belajar senantiasa berlainan, sehingga guru selalu mencari
cara-cara baru untuk menyesuaikan pengajarannya dengan situasi baru yang
dihadapinya.
Ciri-ciri guru yang baik dalam mengajar adalah
sebagai berikut :
(i) Guru yang memahami dan menghargai siswanya.
(ii) Guru harus mengikuti prosedur bahan
pelajaran yang diberikan.
(iii) Guru harus menyesuaikan metode mengajar
dengan bahan pelajaran.
(iv) Guru harus menyesuaikan bahan pelajaran
dengan kesanggupan individu.
(v) Guru mengaktifkan siswa dalam hal belajar.
(vi) Guru memberikan pengertian dan bukan hanya
kata-kata saja
(vii) Guru dalam mengajar tidak hanya menggunakan
satu buku saja
(viii) Guru harus menggunakan beberapa metode sesuai
dengan bahan pelajarannya.
(ix) Guru mempunyai tujuan tertentu pada setiap
pelajaran yang diberikan.
(x) Guru tidak hanya mengajar dalam arti
menyampaikan pengetahuan saja kepada siswa melainkan senantiasa mengembangkan
pribadi anak.
(e) Alat
dan Bahan
Alat dan bahan pelajaran merupakan salah satu
unsur yang menunjang proses belajar mengajar. Dalam menyampaikan materi guru
hanya memberikan kata-kata saja tanpa memahami artinya akan menimbulkan
verbalisme dan juga kurang menarik
dan
membosankan.
Pelajaran akan lebih menarik dan lebih berhasil,
apabila dihubungkan dengan pengalaman-pengalaman dimana anak dapat melihat,
meraba, mengucap, berbuat, mencoba, berpikir. Pelajaran tidak hanya bersifat
intelektual melainkan juga bersifat emosional. Kegembiraan belajar dapat
mempertinggi hasil belajar. Dalam penggunaan alat peraga harus disesuaikan
dengan umur siswa, bahan pelajaran, waktu, ruang dan sebagainya.
(f)
Lingkungan dan kesempatan yang tersedia
Kegiatan belajar dapat dipengaruhi oleh
lingkungan, oleh karena itu guru harus mengadakan kunjungan rumah, ada
keterangan-keterangan yang hanya dapat diperoleh dengan jalan mengunjungi rumah
siswa, dengan demikian guru akan mengetahui keadaan lingkungan siswanya.
Kunjungan serupa ini sangat bermanfaat bila dihadapi anak-anak yang mengalami
kesulitan.
(g) Motivasi
Sosial
Motivasi merupakan segala daya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Dengan motivasi dimaksud, usaha-usaha untuk
menyediakan kondisi-kondisi, sehingga anak itu mau melakukan sesuatu. Siswa
yang mengetahui sesuatu dari apa yang dipelajariinya adalah sebagai tujuan yang
ingin siswa capai selama belajar. Siswa tidak akan mempelajari sesuatu bila hal
itu tidak menyentuh kebutuhannya. Oleh karena itu, cukup beralasan bila prestasi
belajar dijadikan sebagai salah satu alat untuk memotivasi siswa dalam belajar.
Motivasi di sekolah, guru dapat menggunakan bermacam-macam motivasi agar
siswa-siswa giat belajar, antara lain :
i) Memberi
angka
Banyak siswa belajar untuk mencapai angka baik dan
untuk itu dia berusaha dengan segenap tenaga. Angka itu bagi mereka merupakan
motivasi yang kuat untuk mencapai prestasi. Jadi angka yang diberikan
benar-benar menggambarkan hasil belajar siswa.
ii) Hadiah
Hadiah memang dapat membangkitkan motivasi bila
setiap orang mempunyai harapan untuk memperolehnya.
iii) Persaingan
Persaingan sering digunakan untuk mencapai
prestasi yang lebih tinggi, sehingga persaingan merupakan motivasi bagi siswa
yang ingin maju.
iv) Sering
memberi ulangan
Siswa lebih giat belajar, apabila tahu akan
diadakan ulangan atau test dalam waktu singkat. Akan tetapi apabila ulangan
terlampau sering dilakukan, misalnya setiap hari, maka pengaruhnya tidak
berarti lagi. Tentu saja harus diberitahukan terlebih dahulu akan adanya
ulangan tersebut.
v) Pujian
Pujian sebagai akibat pekerjaan yang disesuaikan
dengan tingkat keterampilan siswa, yang merupakan wujud motivasi yang baik.
Pujian lebih bermanfaat daripada hukuman atau celaan, jadi guru baiknya mencari
hal-hal pada siswa yang dapat dipuji, seperti tulisannya, ketelitiannya,
tingkah laku dan sebagainya. Pujian memupuk suasana yang menyenangkan dan
mempertinggi harga diri anak. Guru harus menyadari keterbatasan nalar siswa,
diharapkan pendidik mampu untuk menerapkan cara mengajar dengan tidak melupakan
arti pentingnya alat bantu pengajaran, sehingga lebih mempercepat keberhasilan
belajar siswa.
Prestasi
belajar yang dikemukakan oleh Pakasi (1985) adalah “hasil yang mencapai siswa sesudah
menjalankan usaha belajar dan prestasi ini berdasarkan pada cepat lambatnya
siswa dalam menerima pelajaran, serta hasilnya dapat dinilai”. Sedangkan menurut Ahmadi: “Prestasi
belajar adalah sebagai tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi di
sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes
mengenai sejumlah pelajaran”.
^_^ Semoga Bermanfaat ^_^
No comments:
Post a Comment