6.
Gemeli
Gemeli adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih pada kehamilan dengan
distensi uterus yang berlebihan dapat terjadi persalinan prematuritas. Karena penyulit kehamilan kembar terjadi
gangguan kontraksi otot rahim, kelambatan persalinan dan perdarahan post partum
bayi prematur (Marjono, 1999).
Faktor yang merupakan pencetus kehamilan kembar adalah faktor ras,
herediter, umur wanita dan paritas.
Kehamilan kembar ada dua jenis yaitu kehamilan kembar monozigotik dan
kehamilan kembar dizigotik (Manuaba, 1998).
Sectio caesarea pada kehamilan kembar dilakukan atas indikasi janin pertama
dalam letak lintang, prolaps funikuli dan plasenta previa. Masuknya dua bagian terbesar janin dalam
panggul sangat luas, kesulitan ini dapat diatasi dengan mendorong kepala atau bokong
yang belum masuk ke arah rongga panggul (Wiknjosastro, 2005).
Bahaya bagi ibu pada kehamilan kembar lebih besar daripada kehamilan
tunggul karena lebih seringnya terjadi anemia, pre-eklampsia, eklampsia,
operasi obstetrik dan perdarahan post partum. Tenggang waktu antara lahirnya anak pertama
dan kedua adalah 5 – 15 menit. Kelahiran
anak kedua kurang dari 5 menit
setelah anak pertama lahir dengan tindakan yang cepat dapat mengakibatkan
trauma persalinan pada anak. Kelahiran
anak kedua lebih dari 30 menit dapat
menimbulkan insufisiensi uteroplasenter, karena berkurangnya volume uterus dan
juga dapat terjadi solusio plasenta sebelum anak kedua dilahirkan (Wiknjosastro,
2005).
7.
Solusio
Plasenta
Menurut Manuaba (1998)
solusi plasenta adalah terlepasnya plasenta sebelum waktunya dengan implantasi
normal pada trimester tiga. Terlepasnya
plasenta sebelum waktunya menyebabkan timbulnya darah antara plasenta dan
dinding rahim yang dapat menimbulkan gangguan/penyakit terhadap ibu maupun
janin.
Perdarahan yang terjadi
karena terlepasnya plasenta dapat menyebabkan keluar di bawah selaput ketuban
yaitu pada solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi. Pengalaman di RS. DR. Ciptomangunkusumo
menunjukkan bahwa kejadian solusio plasenta peningkat dan meningkatnya umur dan
paritas ibu, makin tinggi tingkat hipertensi menahun, jumlah paritas karena
endometrium fungsinya sudah menurun.
Pada solusio plasenta pertolongan persalinan lebih cenderung dengan
secsio cesarea (Wiknjosastro, 2005).
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang
normal pada uterus sebelum janin dapat dilahirkan. Definisi ini berlaku untuk kehamilan di atas
22 minggu dan berat janin di atas 500 gram.
Proses solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan dalam
desidua basalis yang menyebabkan hematoma retroplasenter (Saifuddin,
2002).
Para ahli mengemukakan bahwa penyebab dari solusio plasenta bisa merupakan
akibat turunnya tekanan darah secara tiba-tiba oleh spasme dari arteri yang menuju
ke ruangan interviller, maka terjadi anoksemia dari jaringan bagian
distalnya. Sebelum menjadi nekrosis,
spasme hilang dan darah kembali mengalir ke dalam intervilli, namun pembuluh
darah distal sudah sedemikian rapuh dan mudah pecah, sehingga terjadi hematoma
yang dapat menyebabkan plasenta terlepas dari rahim dan darah yang terkumpul di
belakang plasenta disebut hematoma retroplasenter (Mochtar, 1998).
8. Plasenta Previa
Plasenta previa adalah suatu kehamilan
dimana plasenta berimplantasi abnormal pada segmen bawah rahim, menutupi atau
tidak menutupi ostium uteri internum, sedangkan kehamilan itu sudah viabel atau
mampu hidup diluar rahim (usia
kehamilan diatas 20 minggu dengan berat janin diatas 500 gram) (Wiknjosastro,
2005).
Klasifikasi
plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan
jalan lahir pada waktu kehamilan aterm. Disebut plasenta previa totalis apabila
seluruh pembukaan tertutup oleh seluruh jaringan plasenta, plasenta previa
parsialis apabila sebagian dari pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta,
plasenta previa marginalis apabila pinggir plasenta berada tepat dipinggir
pembukaan. Sedangkan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah uterus akan
tetapi belum sampai menutupi jalan lahir disebut dengan plasenta letak rendah
dengan pinggir plasenta berada kira-kira 3-4 cm diatas pinggir pembukaan jalan
lahir (Wiknjosastro, 2005).
Etiologi dari
plasenta previa dapat disebabkan vaskularisasi sehingga menyebabkan
berkurangnya kapasitas endometrium dan terjadinya atropi pada desidua akibat
proses persalinan yang lalu sehingga menyebabkan terjadinya plasenta previa.
Plasenta previa lebih sering terjadi pada grandemultipara (Wiknjosastro,
2005).
Terdapat dua
pilihan untuk mengakhiri kehamilan dengan plasenta previa yaitu dapat melalui
persalinan pervaginam dan sectio caesarea. Persalinan pervaginam bertujuan agar
bagian terbawah janin menekan bagian implantasi plasenta yang berdarah selama
persalinan berlangsung, sehingga perdarahan berhenti. Sedangkan sectio caesarea
bertujuan untuk menghindari terjadinya perdarahan pada saat persalinan sedang
berlangsung dan menghindarkan perlukaan servik dan segmen bawah uterus yang
rapuh apabila dilangsungkan persalinan pervaginam (Wiknjosastro, 2005).
Etiologi dari
plasenta previa diantaranya : chorion
leave yang persisten, Umur dan paritas ibu khususnya pada primigravida dengan
usia diatas 35 tahun dan lebih sering pada paritas tinggi, hipoplasia
endometrium yang sering terjadi pada kehamilan dengan usia muda, kecacatan pada
endometrium pada proses persalinan berulang-ulang, riwayat opersai, curetase
dan manual plasenta, korpus luteum yang bereaksi lambat, dimana endometrium
belum bisa menerima hasil konsepsi, mioma uteri dan dan polip endometrium serta
akibat dari malnutrisi (Mocthar, 1998).
Plasenta
previa merupakan salah satu indikasi dari sectio caesarea, karena untuk
menghindari perdarahan, pada kasus plasenta previa dengan janin hidup atau
meninggal maka proses persalinan selalu diakhiri dengan sectio caesarea (Mocthar,
1998).
No comments:
Post a Comment