Istilah eklampsia berasal dari bahasa
Yunani yang berarti “halilintar”, biasanya eklampsia merupakan kelanjutan dari
pre-eklampsia, untuk itu pengawasan antenatal sangat penting dan harus teliti
sebagai usaha untuk mencegah timbulnya eklampsia (Wiknjosastro, 2005).
Kelanjutan pre-eklampsia berat menjadi eklampsia dengan tambahan gejala
kejang-kejang dan atau koma, kejadian eklampsia di negara berkembang berkisar
antara 0,3% sampai 0,7%. Pada saat akan
terjadi kejang akan ditandai oleh gejala subjektif seperti nyeri kepala di
daerah frontal, nyeri di epigastrium, penglihatan kabur, terdapat mual dan
muntah dan pemeriksaan menunjukkan hiperekfleksia atau mudah terangsang (Manuaba,
1998).
Di Indonesia penyebab pre-eklampsia berat dan eklampsia merupakan penyebab
kematian ibu yang berkisar 1,5% – 25%.
Penyebab dari kematian ibu adalah perdarahan otak, payah jantung, payah
ginjal, dan aspirasi cairan lambung atau edema paru-paru (Manuaba,1998).
Pada eklampsia dapat berkembang menjadi kejang yang biasanya terjadi pada
persalinan dan dapat terjadi juga hingga 10 hari post partum (Varney,
2002).
Eklampsia ditandai dengan konvulsi dan koma, yang biasa terjadi pada pasien
dengan PIH berat atau eklampsia mengancam dan pada pasien dengan proteinuria
kehamilan disertai dengan hipertensi kronik.
Sehingga perubahan-perubahan yang terjadi pada PIH lebih tampak saat
terjadi eklampsia dimana vasospasme lebih kuat, disertai dengan hipoksia
jaringan, laju filtrasi glomerulus berkurang dan keluaran air urine menurun,
retensi air intraseluler yang menghalangi metabolisme dan bisa menyebabkan edema
serebri, viskositas darah meningkat, hitung trombosit menurun dan timbul defek
koagulasi (Jones, 2002).
Pre-eklampsia dan eklampsia sering terjadi pada primigravida dan sering
ditemukan pada usia kehamilan diatas 28 minggu. Faktor predisposisi antara lain
karena kekhasan dari kehamilan, sering terjadi pada primi gravida, overdistensi
uterus (seperti pada kehamilan kembar, polihidramnion dan abnormalitas janin),
penyulit karena hipertensi esensial, diabetes mellitus, disfungsi plasenta
(infark dan degenerasi plasenta) serta malnutrisi pada kehamilan (Farrer,2001).
Sedangkan teori dari Manuaba, 1998 mengemukakan bahwa pre-eklampsia
dan eklampsia bervariasi dari setiap negara bahkan dari setiap daerah, berbagai
faktor predisposisi yang mempengaruhi eklampsia antara lain pada primi gravida
muda, distensi rahim yang berlebihan, penyakit yang menyertai kehamilan dan
pada ibu primitua.
No comments:
Post a Comment