Sakdiyah Sodwijo

Berbagi membuat kita semakin kaya

Thursday, September 10, 2015

CERPEN : SERAUT WAJAH CINTA

Seraut Wajah Cinta
Oleh: Umi S. Sodwidjo

Senja yang temaram. Semburat tembaga melukis cakrawala. Aku berdiri di depan jendela berteralis. Menatap serombongan burung membentuk formasi segitiga, kembali ke sarangnya. Beberapa anak tetangga yang selesai disuapi ibunya, satu persatu memasuki rumah masing-masing. Di rumah bercat hijau, terlihat sebuah tangan terulur menutup jendela.

Mengapa jendela harus ditutup saat senja tiba? Apakah mereka tidak tahu, kalau senja adalah saat terindah di mayapada? Mataku selalu terpana, melahap matahari yang membola perlahan-lahan menghilang, tanpa ucapan selamat tinggal.

Tiba-tiba smartphone di kantongku bergetar. Rupanya ada pesan dari seseorang.

"Boleh aku video call? Aku lagi butuh teman curhat, please, kamu cukup mendengarkan. Itu saja."

Ternyata pesan dari seorang teman facebook. Tak biasanya dia meminta video call. Bahkan wajahnya saja aku tak tahu seperti apa. Foto di akunnya hanya bergambar sekuntum bunga menur berwarna putih. Kami kenal sudah cukup lama, tapi hanya sebatas berbalas komentar di sebuah grup.

Bergegas, kubuka media sosial tersebut. Begitu terbuka, sebuah panggilan video call masuk.

"Aku merasa benar-benar akan gila. Jadi tolong dengerin semua ceritaku dengan baik. Kamu nggak perlu komentar ataupun ngasih nasehat apapun. Aku cuma butuh seseorang yang mau ndengerin omoganku. Itu aja."

Astaghfirullah. Aku hampir terlempar dari kursi di depan leptop. Wajahnya begitu cantik, senyumnya menawan. Nada bicaranya juga pelan dan jelas, tanpa ada tanda-tanda tertekan atau menyiratkan kesedihan.
Bahkan ia menutup ucapannya itu dengan tawa yang renyah. Benar-benar gila nih orang, maksudnya apaan sih? batinku penuh tanda tanya.

"Kemarin aku baru mudik, waduh... macet banget! Bener-bener penuh perjuangan. Beruntung pake mobil sendiri, nggak kebayang kan, kalau naik bis?" lanjutnya lagi.

Aku hanya tersenyum dan mengangguk-angguk.

"Coba tebak, aku ketemu siapa di kampung?"

"Siapa?"

"Seorang perempuan depresi, yang bahkan sama anaknya aja dia lupa! Kasian sekali. Dia hanya berteriak-teriak sepanjang hari!"

Sekilas, baru terlihat raut muka cantiknya berubah sedikit pias.

"Kamu tahu, siapa dia?"

"Siapa?"

"Dengarkan saja ceritaku, dan jangan menyela!"

---

Wanita itu terlihat meronta dan menjeritkan sebuah nama yang tak jelas, diiringi kata-kata kurang ajar dan bajingan. Aku hanya bisa menarik nafas panjang, sambil sedikit memijit lengannya.

Merasakan pijatan tanganku, dia menoleh dan tertawa terbahak-bahak. Aku sampai hampir terlempar dari tempat tidurnya. Matanya yang kuyu tersembunyi jauh di dalam lipatan kelopaknya. Rambutnya awut-awutan walaupun terlihat seperti baru saja disisir dan diikat sekenanya.

Tiba-tiba dia mencengkeram tanganku. Begitu kuat, sampai telapak tangan rasanya mau remuk. Sungguh tak terduga sama sekali. Tubuhnya begitu kurus dan ringkih, wajahnya tirus dengan tulang pipi yang menonjol. Demikian juga lengannya yang kurus dihiasi pembuluh vena yang mencuat seperti akar pohon beringin.

Tenaganya luar biasa. Entah dari mana kekuatannya berasal. Percuma saja berusaha kulepaskan cengkeramannya. Sontak aku membaca surat-surat pendek sebisaku. Dari An-Naas, Al-Falaq, sampai Al-Ikhlas. Seingatku, kemungkinan dia dibantu oleh makhluk halus yang bercokol di tubuhnya. Jadi ayat-ayat suci yang kubacakan akan sedikit menenangkan hatinya.

Aku semakin kaget. Karena perlahan lidahnya yang cadel menirukan bacaanku. Lalu perlahan pegangannya mengendur. Lalu terlihat ia menangis.

"Laki-laki kurang ajar! Bangsat! Bajingan!"

"Istighfar, Mbak, istighfar..."

"Dia ninggalin aku, ninggalin bayiku... mana dia? Mana? Suruh datang!!!"

"Iya, Mbak, nanti dia juga datang. Sabar, ya?"

Entah mengerti atau tidak dengan perkataanku, perempuan yang kembali terbaring lemah itu tersenyum. Lalu ia memilin-milin ujung bajunya, ujung sarung bantal, lalu memilin-milin rambutnya, dan berusaha menjambak lepas rambutnya. Aku sudah tak tahan lagi. Kupanggil suamiku agar menolong menenangkan perempuan itu.

"Ya sudah, kita pulang saja, Dek," ujarnya sambil menuntunku menjauhi ruangan itu.

"Heiii... kamuu!!! Laki-laki bangsat! Kurang ajar!!" teriak perempuan itu sambil menunjuk-nunjuk ke udara.

Aku semakin ketakutan. Kuseret suamiku menjauhi rumah itu.

---

"Ayo katakan padaku, siapa perempuan itu sebenarnya?" desakku tak sabar.

"Sabar, dengarkan saja ceritaku. Nanti kamu akan tahu sendiri," sahutnya tersenyum jahil. Senyuman yang amat ganjil di mataku. Apa ada orang yang mengaku sedang dalam tahap kegilaan bisa tersenyum seperti itu?

"Setelah itu, kami tak pernah membahas perempuan gila itu lagi, sampai..."

"Sampai apa?" desakku tak sabar.

"Jangan menyela, atau aku pergi dan kamu tak pernah tahu akhir ceritanya," ujarnya mengancam.

"Baiklah!"

"Sampai kami bersiap kembali ke Jakarta. Aku kaget karena selain tiga orang anakku, aku harus membawa serta seorang bocah laki-laki, suamiku akan mengadopsinya. Ia berusia sepuluh tahun, hanya beda satu bulan lebih tua dari anakku yang pertama. Yang membuatku langsung tidak menyukainya, dia anak perempuan gila itu!

"Kami sempat bertengkar. Kalau memang ingin menjadikannya anak asuh, kami toh bisa mengiriminya uang setiap bulan ke neneknya, yang selama ini merawatnya dari bayi. Tapi suamiku menolak. Ia tetap ingin membawanya ke rumah. Menjadikannya bagian dari keluarga kami.

"Dari situlah awal neraka tercipta di rumah kecil kami yang penuh canda tawa. Anak itu begitu bengal dan tak tahu aturan. Setiap hari ada saja yang dia kerjakan. Kalau hanya rumah berantakan seperti kapal pecah, aku masih terima. Dia sering mengajak anak-anakku bertengkar, bahkan memukul Rania yang baru berusia setahun. Dan kamu tahu apa reaksi suamiku?"

"Apa?"

"Dia selalu membela anak itu! Aku benar-benar tak tahan. Hari demi hari kami lalui dengan jeritan, tangisan dan pertengkaran. Mas Danang bahkan mulai berani memukul anak-anak. Bahkan terakhir memukul dan memakiku. Sesuatu yang tadinya tidak pernah dia lakukan. Anak laki-laki itu benar-benar sumber bencana bagi kami!"

"Kamu tahu siapa sebenarnya anak itu?"

"Siapa?" desakku semakin tak sabar.

"Dia, bayi yang dikandung perempuan gila di kampung itu. Ibunya menjadi gila karena terlanjur hamil dan orang yang dicintainya malah menikahi perempuan lain. Dan laki-laki yang selalu dia panggil dengan bangsat dan keparat itu adalah... adalah... "

Dia mulai terlihat gusar. Aku begitu tak tega melihatnya. Ingin kupeluk untuk memberinya kekuatan. Kusentuh tangannya di layar leptop. Tangan yang dengan tergesa menyusut bulir bening yang mulai menitik ke pipinya yang tiba-tiba saja terlihat tirus.

"Laki-laki itu adalah suamiku!"

"Apa???" jeritku tertahan. Untuk kesekian kalinya aku hampir terlonjak dari kursi.

"Iya dia adalah Mas Danang. Dia pernah terlibat hubungan terlarang dengan perempuan itu. Padahal waktu itu kami sudah bertunangan. Malam itu, seminggu sebelum kami menikah, ia mendatanginya untuk terakhir kali. Perempuan itu menangis dan memohon agar ia membatalkan pernikahan kami. Akhirnya di malam yang penuh kesedihan itu, mereka berpelukan sampai pagi, seperti takkan terpisahkan. Lalu kami menikah, dan Mas Danang tak pernah menemuinya lagi. Sampai surat dari orang tua kekasihnya itu datang. Andai saja aku tahu kalau dia hamil, tentu aku takkan mau meneruskan pernikahan kami.

"Aku benar-benar tersiksa, Amelia, aku sudah tak tahan lagi. Suamiku selalu menyalahkan aku sebagai penyebab kekasihnya gila dan anaknya terlantar. Dia merasa sangat bersalah. Pernah aku berusaha kabur dengan membawa ketiga anakku, tapi Mas Danang memergoki. Lalu aku dikurung di rumah. Bahkan menelpon pun tidak boleh. Dia takut kalau aibnya terbongkar. Aku pernah ingin mencoba bunuh diri, tapi urung. Aku tak tega dengan anak-anakku yang akan terlantar. Minggu lalu, aku benar-benar kalap. Aku ingin keluar dari penderitaan ini."

"Apa yang kau lakukan?" sergahku khawatir.

"Aku berusaha melenyapkan anak itu!"

"Apa? Kau gila!! Kau bukan pembunuh!!" jeritku tak tahan lagi.

"Memang, aku tidak ingin membunuh anak itu. Aku hanya ingin menyerahkannya kepada seseorang untuk diadopsi, atau ke panti asuhan agar mendapatkan perawatan yang baik. Tapi aku begitu panik. Aku membawanya ke sebuah mall besar dan meninggalkannya di sana. Akhirnya aku tertangkap polisi dengan tuduhan menelantarkan anak. Dan, kau tahu akhirnya seperti apa."

"Seperti apa?"

"Jangan berlagak bodoh Amelia!"

Tiba-tiba seorang gadis manis dengan seragam serba putih terdengar mendekat.

"Bu Amelia, ayo, sholat Maghrib dulu, waktunya sudah hampir habis, lho..."

"Tapi aku lagi videocall-an, tunggu sebentar lagi, ya!"

"Udah, simpan dulu cerminnya, Bu Amel, nanti bisa disambung lagi habis sholat," ujarnya lagi sambil menyimpan leptop yang sedang kugunakan di laci meja. Lalu dengan lembut dia menuntunku mengambil air wudlu.

Jonggol, 22/7/2015

(Tamat)
‪

Event #‎surgayangtakdirindukan‬ ‪#‎SYTD‬

Surga Yang Tak Dirindukan, baca novelnya tonton filemnya di bioskop kesayangan Anda, dibintangi oleh Laudya Cintya Bella, Fedi Nuril, Raline Shah, Kemal Pahlevi, dll.
Posted by Sakdiyah Sodwijo at 9:47 AM
Email ThisBlogThis!Share to XShare to FacebookShare to Pinterest
Labels: Cerpen

No comments:

Post a Comment

Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)
Tweet

About Me

My photo
Sakdiyah Sodwijo
View my complete profile

Popular Posts

  • PENGERTIAN SECTIO CAESAREA (OPERASI CESAR)
    SECTIO CAESAREA (OPERASI CESAR)   Pengertian Sectio caesarea adalah suatu tindakan pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka ...
  • Kiat Sukses Memberikan ASI Eksklusif
    Kiat Sukses Menyusui Ekslusif Berikut adalah kiat sukses menyusui 1. Cuci tangan dengan sabun 2. Minum minimal 1 gelas air putih/su...
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEKURANGAN GIZI PADA BALITA
    BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1         Gizi Kurang   Balita 2.1.1         Pengertian Kurang energi protein (KEP) adalah seseo...
  • INDIKASI SECTIO CAESAREA #2
    2.        Riwayat Sectio Caesarea Adalah merupakan suatu jaringan parut akibat pembedahan uterus sebelumnya.   Berdasarkan studi y...
  • Pengaruh Ibu Bekerja Terhadap Kemandirian Anak
    sumber: www.wolipop.detik.com Para ilmuwan telah banyak melakukan penelitian mengenai hubungan ibu bekerja terhadap anak-anaknya. ...
  • Bab II. Pengertian Imunisasi
    2.1.     Pengertian Imunisasi Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyaki...
  • INDIKASI SECTIO CAESAREA #3
    6.        Gemeli Gemeli adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih pada kehamilan dengan distensi uterus yang berlebihan dapat ter...
  • INDIKASI SECTIO CAESAREA #1
    1.             Eklampsia Istilah eklampsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti “halilintar”, biasanya eklampsia merupakan kel...
  • PUISI: EMBUN RINDU
    Embun Rindu Pagi tlah menjelang Bayangmu tak jua datang Aku masih saja Memandang jendela berpeluk luka (maaf aku lupa kita tak punya...
  • PUISI HUMOR
    Romansa Cinta Kobokan Warteg By: Richie & Umi Richie, Pagi ini, secangkir kopi menautkan kembali jiwa kita yang terlalu lama meng...

ADs

Kunjungi juga:

  • Berbagai Macam Software
  • Aku dan Indahnya Dunia

Followers

Total Pageviews

Labels

Cerpen Humor Info Buku Info Lomba Pembelajaran Property Puisi Tips-trik
Simple theme. Theme images by luoman. Powered by Blogger.